Tidak
percaya lagi akan semua ranting-ranting yang patah karenanya, ada
cerita yang masih belum dijelaskan. Menggambarkan hari-harimu yang
indah, namun terkadang harus membuatku terdiam penuh.
Kulalui
hari yang terlihat sulit namun tidak bagiku, masalah hanyalah pada
saat kau harus meyakinkan dirimu sendiri. Kau mungkin hanya terjebak,
bukan karena sesuatu rasa yang mampu membuatmu bertahan, bahagia dan
tersenyum saat memandangi bulan. Terpikir olehku, akan semua tentangmu.
Bumi masih selalu berputar pada porosnya, begitupun dengan perasaanmu,
tentunya masih selalu berada pada poros yang menguatkanmu, mengartikan
keberadaanmu dan keyakinanmu.
Bisa
saja kau ingin pergi dari posisimu saat ini, maaf. Tidak pernah aku
bermaksud untuk membawamu ke tempat ini, saat kau harus kehilangan
keyakinanmu sendiri. Keraguanmu selalu indah bagiku, semua terkesan
begitu damai.
Benarkah
aku tidak berada dalam indahnya khayalku sendiri, atau mungkin saja
hari ini aku masih menikmati khayalku sendiri. Apakah selama ini yang
kudengar dari para bintang malam itu benar, benarkah semua itu? Mungkin
saja hanya harapan yang menciptakan ceritanya sendirinya, tidak pernah
menjadi cerita kita.
Sebatas
apa yang kuharapkan, hanya sampai pada khayalku sendiri. Malam ini,
saat kusaksikan bulan menanti purnamanya, aku bertanya pada bintang yang
kemarin memberiku kabar bahagia. Benarkah hari itu dia? Jika bukan,
sungguh indah khayalku malam itu.
Seberapa lama kau akan bertahan disana, jika kau masih menunggu yakinmu.
Sementara aku masih bertanya, apakah ini nyata? Waktu begitu indah melukiskan hari-hariku bersamamu, Sungguh ini nyata? Apakah kau merasa terjebak?
Kau
harus tahu, aku selalu siap untuk berdamai pada kenyataan. Sesulit dan
sepahit apapun itu, kabarnya kau semakin bahagia dengannya. Mengapa
aku harus ada jika hanya menggangu bahagiamu, menyita waktumu
dengannya. Yang kuinginkan hanyalah melihatmu tersenyum, saat lesung
pipimu melukiskankan bahagiamu.